21-44-29-hqdefault

Oleh: SaifuddinSyadiri

Kebenaran dan kebatilan akan terus bersebrangan. Saling tikam. Suatu waktu, kebatilan di ‘atas’. Suatu waktu, kebenaran di ‘atas’. Pada awalnya, Namrud di ‘atas’. Menebarkan api jahiliah. Beberapa waktu kemudian, Ibrahim yang di ‘atas’. Menerangi hati umat dengan wahyu Ilahi. Pada awalnya, Fir’aun adidaya. sampai-sampai mengaku Tuhan. Lalu, beberapa waktu berikutnya, Fir’aun terkapar. Musa as tampil di pentas pradaban. Membawa risalah Tauhid.  Risalah meng-esakan Tuhan.

Begitulah, kebenaran dan kebatilan silih berganti. Jahiliah musnah. Cahaya Muhammad saw menghiasi semenanjung Arab. Lalu, Islam bertebaran di berbagai dunia. Andalusia adalah salah satu negara yang di-fath. Dibebesakan dari kebatilan. Namun, beberapa waktu kemudian, kebatilan kembali. Islam terusir. Turki juga pernah menjadi salah satu lumbung cahaya Islam. Pada decade berikutnya, cahaya itu meredup dan kebatila nsekuler berkuasa di sana.

Sekarang, perseteruan itu terus berkobar. Di semua lini; Ekonomi, politik, sosial, dan seterusnya. Setiap Fir’aun mati, maka lahirlah Fir’aun-Fir’aun baru. Setiap Musa as wafat, maka lahirlah Musa-Musa baru yang meneruskan perjuangan. Dulu, Fir’aun menghalalkan segala carauntuk berkuasa, meski harus dengan membantai anak kecil. Sekarang, tidak ada beda. Dan, pastinya akan ada Musa yang memeranginya.

Lalu, dimanakah kita berada? Bersama Fir’aun atau Musa? Bersama Namrud atau Ibrahim? Bersama Jahiliah atau Muhammadsaw? Jelaslah, orang-orang yang beriman kepada Allah pasti bersama orang yang memperjuangkan kalimat Allah. Bersama orang-orang yang menyingsing lengan baju untuk kebenaran.

Namun, kadang kebenaran itu buram. Yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar. Maka, bertanya pada ahlinya adalah solusinya. Siapa ahli kebenaran? Para Ulama. Ulama adalah ahli kebenaran. Sebab, Allah telah menjamin, mereka adalah pengganti para nabi. Pengganti Ibrahim, Musa, dan Muhammad saw. .Rasulullah bersabda,

“……….. sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi ….. “ (HR. Imam Turmudzi dan Abu Daud)

Allah jugaberfirman, “….maka bertanyala hkepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tida kmengetahui” (QS. An-Nakhl [16]: 43)

Pada zaman Nabi Muhammad saw., orang-orang kafir diperintah bertanya pada ahlikitab. Orang-orang yang tahu tentang kitab Injil atau Zabur. Agar mereka tahu kebenaran dan apa yang dibawa Nabi Muhammad adalah benar. Pada zaman sekarang, kita bertanya kepada ulama. Orang yang benar-benar tahu agama Islam. Agar kita tahu kebenaran.

Bukankah sekarang ulama pun buram? Siapa yang benar-benar ulama, siapa yang hanya berlabel ulama. Tentu, ulama yang harus kita ikuti adalah ulama akhirat bukan ulama dunia. Siapaulama dunia? Menurut Imam Ghazali, ulama yang menggunakan ilmunya untuk dunia, jabatan atau popularitas. Kita harus hati-hati pada ulama dunia. Ulama dunia lebih bahaya dari Dajjal.

Namu demikian, berpihak pada kebenaran tidak mudah. Ada kepedihan yang  harus dicicipi. Jadi tidak usah kaget, saat mengamalkan sunah, kok difitnah. Saat memperjuangkan Islam, kok ditikam. Tidak usah kaget saat dituduh anti Indonesia, anti pluralitas, dan anti-anti yang lain.Tahu sahabat Bilal? Bilal adalah seorang lemah yang berpihak pada kebenaran. Dia pun dipanggang di bawah terik matahari. Bongkahan batu dihimpitkan di dadanya. Sahabat lain juga sama,disiksa. Bahkan ada yang sampai kehilangan nyawa.

Ulama-ulama Nusantara dahulu tiada beda. Mereka juga mengalami kepedihan. KH. Cholil Bangkalan, KH. Hasyim Asy’ari, atau Buya Hamka, adalahsederet ulama yang pernah mencicipi kepedihan perjuangan. Bahkan, di antara ulama Nusantara syahid demi kemulian Islam.Atau salah satu ulama madzhab empat, Imam Ahmad bin Hanbal. Beliau salah satu ulama yang dipenjara lalu disiksa. Karena tidak maumengikuti hawa nafsu penguasa.

Kepedihan kita, masih belum apa-apa disbanding kepedihan mereka. Mungkin karena itulah, Allah menyuruh orang-orang yang berpihak padakebenaran untuk bersabar. Allah berfirman,

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan menghara pkeridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharap kanperhiasan duniaini; dan janganlah kamumengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi [18]: 28)

Denganayat ini, Allah memerintah Rasulullah bersabar menemani para sahabatnya yang miskin-miskin. Sebab, mereka selalu berada dalam kebenaran; selaluingat Allah. Sebaliknya, Rasulullah dilarang bersama orang-orang Quraisy meski kaya-kaya. Sebab, mereka melupakan Allah dan melawan kebenaran.  Rasulullahbersyukur, “Alhamdulillah, yang telah menjadikan seseorang dalam umatku, yang mana aku diperintah bersabar untuk selalu bersamanya.”

Kebersamaan memang tidak bisa diremehkan. Kebersamaan menunjukkan identitas. Orang sering bersama, berarti memiliki kesamaan. Sama-samas ukamemancing, misalnya. Mungkin karena itulah, Rasulullah bersabda,

“Ruh-ruh itu seperti tentara yang berhimpun yang saling berhadapan. Apabila mereka saling mengenal (sifatnya, kecenderungannya dan sama-sama sifatnya) maka akan saling bersatu, dan apabila saling berbeda maka akan tercerai-berai.” (HR. Imam Muslim)

Arti sederhana hadis ini, orang akan senang pada orang yang memiliki kesamaan. Pemain bola akan senang berkumpul dengan pemain bola. Fotogerafer akan senang berkumpul dengan fotogerafer. Orang baik akan senang berkumpul dengan orang baik. Dan seterusnya. Maka sangat aneh, jika ada orang mengaku Islam bergandengan tangan dengan musuh Islam.

Sekali lagi, berada di pihak manakah kita? Bersama Fr’aunatau Musa? Bersama jahiliah atau Nabi Muhammad saw.? Keberpihakan kita adalah penentu keselamatan kita. Meski keberpihakan itu tidak akan menimbulkan apa-apa. Tahu cicak? Cicak adalah hewan terkutuk dan Nabi Muhammad memerintah membunuhnya. Kenapa?  Karena ketika Nabi Ibrahim dibakar musuh, cicak berusaha memperbesar api dengan meniupnya. Padahal, kalau dinalar, seberapakah tiupan seekor cicak?

 KetuaHMASS (HarakahMahasiswa Alumni SantriSidogiri) Surabaya.

Silakan tulis komentar Anda

Tinggalkan Balasan