Puisi-Puisi Kim Al Ghozali AM…
Condet Pertama Ke mana larinya peta-peta masa silam saat tombak dan pedang terselip dalam darah yang hilang. Condet, masa lalu begitu abu, dua buah batu gegas mengikuti langkah pangeran dalam peperangan.Read More…
Condet Pertama Ke mana larinya peta-peta masa silam saat tombak dan pedang terselip dalam darah yang hilang. Condet, masa lalu begitu abu, dua buah batu gegas mengikuti langkah pangeran dalam peperangan.Read More…
1/ Gadisku, Jangan lagi datang Di waktu subuh dan selepasnya Kau-kan tahu? Semalaman tak hentinya Kucari kepuasan Dan di waktu itu Bola mataku tengah asyik memejam Enggan lepas selimut Angkat tubuhRead More…
200 kali dilihat, belum ada yang melihat hari ini
Pagina demi pagina kau pelototi seolah hendak memasukkan benang pada lubang jarum rumit hingga menjatuhkan pilihan bahwa lubang itu yang kemudian kau sumpal dengan ujung pena ada yang rapi juga adaRead More…
Ibu, Darahku Darahmu Ibu, engkau adalah mataku yang menunjukkan langit biru dan bumi keabadianku Ibu, ibu tak pernah nyeri mengajariku tentang waktu abadi hingga kumengerti hendak apa yang kulewati Ibu, seandainya kuberkuasaRead More…
Baru sekarang aku rasakan Ternyata hidup tidak mati Hidup bergerak Hidup mengarah Hidup menunggu Hidup ditunggu Tetapi hidup juga ditanya Walau kadang hidup juga bertanya Engkau kini dalam hidupku Matahariku Dulu jugaRead More…
Karya Ida at DeKalb, DeKalb, June 10, 1999 Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu saat kau membacakan baris-baris kasih sayang kepada buah hatimu Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantungRead More…
Haidar Hafeez Membaca kisahmu hati tersayat Aku terperanjat Seketika aku munajat Pada zat pencipta kiamat Bahwa subuh berdarah adalah sejarah. Pagi itu tidak seperti pagi biasa Sidogiri menangis Kiyai Abdul Jalil sangRead More…