wahdah.or.id

Oleh: Moh. Nadi*

Mulanya, saya sudah “taslim” (final) menganai interpretasi hadis iftrâq–hadis yang menjelaskan perpecahan ummat Islam menjadi 73 golongan. Dari dulu tidak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa hadis tersebut akan menjadi sumber polemik dan saling klaim kebenaran. Asalannya amat sederhana, karena Nabi saw telah menjelaskan siapa yang dimaksud satu golongan yang selamat dan akan masuk surga. Dengan begitu, klaim apa pun jika tidak sesuai dengan yang sudah dijelaskan oleh Nabi saw sendiri maka sia-sia belaka.

Mari kita perhatikan dengan seksama hadis yang dimaksud. Imam al-Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin Amr bahwa Rasululah bersabda:

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بني إسرائيل حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ، حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ، وَإِنَّ بني إسرائيل تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً ، قَالُوا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

“Pasti akan datang kepada ummatku, sesuatu yang telah datang pada bani Israil seperti sejajarnya sandal dengan sandal. Sehingga apabila di antara mereka (bani Israil) ada orang yang menggauli ibu kandungnya sendiri secara terang-terangan, maka pasti di antara ummatku ada yang melakukan demikian. Sesungguhnya bani Israil terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk ke dalam neraka. kecuali satu golongan.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka adalah golongan yang berjalan di atas jalanku dan para sahabatku.”

Imam al-Tirmidzi juga meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda:

افترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة، وافترقت النصارى على اثنتين وسبعين فرقة، وستفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين فرقة

“Orang-orang Yahudi bergolong-golong terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, orang Nasrani bergolong-golong menjadi 71 atau 72 golongan, dan ummatku (kaum muslimin) akan bergolong-golong menjadi 73 golongan.”

Hadis di atas mengandung dua informasi penting. Pertama, perpecahan ummat Islam menjadi beberapa golongan adalah niscaya, tidak bisa kita hindari dan negasikan. Kedua, bahwa golongan yang selamat hanya satu, yaitu yang konsisten mengikuti ajaran Nabi saw dan para shahabat.

Ajaran Nabi Muhammad saw dan para shahabat telah diformulasikan dengan apik oleh para ulama, baik dalam aspek teologis, yuridis maupun moralitas. Otentikasi formulasi ulama tersebut dengan ajaran Nabi saw dan para shahabat dapat dibuktikan melalui transmisi sanad yang bersambung dari generasi ke generasi hingga sampai pada Rasulullah saw. Dengan alasan tersebut saya menyatakan “taslim”. Sebab tidak akan terlalu sulit untuk mengidentifikasi dan mengomfirmasi kebenaran klaim setiap golongan dalam Isam.

Namun demikian, faktanya tidak sesederhana itu.

Di tambah, ada riwayat lain yang berkebalikan dengan riwayat di atas–yang menyatakan bahwa semua golongan masuk surga kecuali satu. Imam asy-Sya’rani dalam kitabnya, al-Mîzân al-Kubrâ, sebagaimana dikutip Syekh Isma’il al-Ajluni dalam kitabnya, Kasyf al-Khafâ’ wa Mazîl al-‘Ilbâs (150), meriwayatkan hadis dari Ibnu Najjar bahwa Rasulullah saw bersabda:

ستفترق أمتي على نيف وسبعين فرقة كلها في الجنة إلا واحدة

“Ummatku akan terpecah menjadi 70 golongan lebih dan semuanya masuk surga kecuali satu golongan.”

Hadis ini tidak masyhur seperti hadis sebelumnya. Imam al-Hakim, sebagaimana dikutip al-Ajluni, menyatakan bahwa sanad hadis ini valid (shahîh). Sayangnya, nasib hadis ini tidak jauh berbeda dengan nasib hadis sebelumnya: sama-sama dibuat alat menyerang kelompok yang tidak sepaham.

Para ulama mencoba mengompromikan dua hadis yang tampak bertentangan di atas. Al-Ajluni dalam kitabnya, Kasyf al-Khafâ’ wa Muzîl al-‘Ilbâs ‘Ammâ Isytahara min al-Ahâdits ‘alâ al-Nâs (150), menyebutkan:

ولعل وجه التوفيق أن المراد بأهل الجنة في الرواية الثانية ولو مآلا فتأمل

“Bisa jadi aspek kompromisnya adalah bahwa yang dimaksud adalah ahli surga pada riwayat yang kedua meskipun tidak secara langsung (masuk surga).”

Jadi, berdasarkan riwayat kedua ini, hadis yang pertama di atas menunjukkan arti bahwa yang langsung masuk surga hanya satu, yaitu yang konsisten mengikuti Nabi saw dan para shahabat. Sementara yang lain akan masuk neraka terlebih dahulu. Nantinya, setelah “dicuci” bersih di neraka, akan dimasukkan ke surga semua kecuali satu golongan. Menurut ulama, satu golongan tersebut adalah orang-orang zindiq.

Hal itu berdasarkan riwayat lain yang menyebutkan:

تَفَرَّقُ أُمَّتِي عَلَى سَبْعِينَ أَوْ إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً ، كُلُّهُمْ فِي الْجَنَّةِ إِلَّا الزنادقة

“Ummatku akan terpecah menjadi 70 atau 71 golongan, semuanya masuk surga kecuali yang zindiq.”

Menurut Imama al-Ghazali, zindiq adalah orang-orang yang mengingkari adanya wujud Allah SWT. Mereka mengatakan alam semesta qadîm ‘terdahulu’ dan mengingkari adanya hari akhir (Faishal al-Tafriqah: 58).

Menurut fuqaha, zindiq adalah orang-orang yang menyembunyikan kekafiran dan menampakkan keislaman. Dengan kata lain, mereka adalah orang-orang munafik (Hâsyiyah al-Qanûni, 2: 166).

Di samping itu, saya pernah membaca kitab “Islâm Bilâ Madzâhib”, karya Mushthafa asy-Syak’ah. Dalam kitab tersebut dijelaskan setiap sekte dan pokok-pokok pemikirannya. Sebenarnya, dalam kitab-kitab lain–misalnya, kitab Al-Milal wa al-Nihal–juga dijelaskan pokok-pokok pemikiran setiap sekte dalam Islam. Hanya saja beda fokus. Mushthafa asy-Syak’ah terfokus pada upaya taqrîb al-madzâhib ‘mendekatkan beragam sekte’.

Oleh sebab itu, beliau fokus mengkaji secara mendalam pokok-pokok pemikiran dalam setiap sekte. Dan kesimpulan yang dihasilkan adalah bahwa pada masing-masing sekte pasti ada yang moderat dan ada yang ekstrim. Mayoritas pemikiran yang ekstrim pada setiap sekte mengarah pada kekufuran. Adapun yang moderat tidak demikian, meskipun mesti menempuh jalur ta’wîl.

Oleh karena itu, ketika saya menjumpai hadis kedua di atas, saya langsung memahami bahwa yang dimaksud dengan satu golongan yang masuk neraka adalah mereka yang sudah jelas-jelas tidak sejalan sama sekali dengan ajaran Rasulullah saw dan para shahabat, apa pun mazhab mereka. Misalnya, sebagian dari sekte Syi’ah yang menuhankan Sayidina Ali karramallahu wajhah. Ini jelas bertentangan dengan risalah Nabi Muhammad saw dan orang yang memiliki keyakinan seperti itu adalah kafir.

Jadi, masalah utamanya bukan soal kuantitas golongan yang akan masuk surga atau neraka. Bukan. Toh, penyebutan bilangan dalam kedua hadis di atas tidak bertujuan membatasi (tahdîd) bilangannya melainkan untuk menunjukkan kuantitasnya (taktsîr), sebagaimana lumrah dipergunakan orang-orang Arab. Artinya, yang akan masuk surga atau neraka tidak terbatas 70, 72, atau 73 golongan (Haqîqah al-Firqah al-Nâjiyah: 36).

Sebaliknya, kedua hadis tersebut menekan tentang siapa yang akan menjadi ahli surga atau neraka dari masing-masing golongan. Pilihannya cuma ada dua, surga atau neraka. Berdasarkan kedua hadis di atas, orang yang akan masuk surga hanya satu, yaitu orang-orang yang konsisten mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw dan para shahabat beliau–apa pun mazhabnya. Pun, orang yang akan masuk neraka hanya satu, yaitu orang-orang yang tidak mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw dan para shahabat beliau. Merekalah orang-orang yang memiliki pemikiran ekstrim –yang sampai kufur–dan orang-orang zindiq.

Dengan demikian, tidak ada alasan untuk menjadikan hadis di atas sebagai alat menyerang kelompok lain yang berbeda mazhab dan mengaku sebagai satu-satunya golongan yang akan masuk surga. Masuk surga atau neraka tidak ditentukan berada digolongan mana. Yang menentukan adalah konsistensi di dalam mengikuti ajaran Nabi saw dan para shahabat, apa pun golongan dan mazhabnya.

Wallahu a’lam…

*Ketua PC HMASS Yogyakarta

Silakan tulis komentar Anda

Tinggalkan Balasan