seminar madin

HMASS.Co, Pasuruan–katan Alumni Santri Sidogiri (IASS) didirikan dengan tujuan khidmah lil ma’had khidmah lil ummat, pengabdian pada pesantren dan pengabdian pada umat. Dalam perjalanannya, khidmah mengalami dinamika sesuai perkembangan zaman.

Oleh karena itu, Harakah Mahasiswa Alumni Santri Sidogiri (HMASS) sebagai bagian dari IASS bekerjasama dengan Bansus 1455 dan PW IASS Pasuruan mengadakan Diskusi Khidmah lil Mahad Khidmah Lil Ummat di Zaman Modern, pada hari Jumat (9/8/19) di Gedung IASS.

Pada diskusi kali ini HMASS mengundang dua narasumber, yaitu Gus H. Abdulloh Faqih, penerima Penghargaan Alumni Teladan PP. Sidogiri, Kepala Bansus 1455 Pusat, sekaligus Ketua PW IASS Pasuruan, serta Ust. H.A. Baihaqi Juri, Kepala Badan Tarbiyah wa Ta’lim Madrasi (Batartama) PP. Sidogiri dan Sekretaris PP IASS.

Dalam sambutannya, Ketua PP HMASS Mas M. Syamsul Arifin Munawwir, S.Psi menyampaikan bahwa ulama besar dahulu ternyata banyak yang mengabdi menjadi khadam (pembantu/ajudan) kiai saat mondok di pesantren, termasuk ulama besar Indonesia, Syaikhona Cholil Bangkalan. Santri yang mengabdi mendapat ilmu dan berkah yang lebih daripada yang tidak mengabdi. “Santri yang tidak menjadi khadam mendapatkan ilmu, sedangkan santri yang menjadi khadam mendapatkan ilmu dan pelajaran langsung dari kiai, dalam hal kepemimpinan, pengajaran, membangun jaringan dakwah, dan lainnya, sehingga lebih siap saat terjun di masyarakat, ” urainya.

Dalam pemaparannya, narasumber Ust. Baihaqi Juri berbicara panjang lebar tentang pengalamannya selama bertahun-tahun berkhidmah. Yang menjadi titik tekan adalah berkhidmah itu harus dengan cara cerdas. Dicontohkan, kalau di depan dalem Masyayikh ada kotoran hewan, maka langsung dibersihkan saja jangan menunggu perintah dalem untuk dibersihkan, tapi jika keputusannya tadi tenyata disalahkan maka harus menerima.

Sedangkan Gus Abdulloh menguraikan tentang manfaat dari berkhidmah, dengan menjelaskan bahwa Pengasuh PP. Sidogiri mendoakan alumni yang aktif dalam berkhidmah di IASS agar anak-cucunya menjadi orang yang sukses. Selain menjelaskan manfaat berkhidmah, ia juga menekankan pentingnya etos berkhidmah. Khidmah itu untuk kepentingan Pondok Pesantren Sidogiri, apapun latar belakang instansinya, jangan sampai pilih-pilih dalam berkhidmah. “Dalam khidmah ada tiga makna, pertama Mengerti, mengerti apa yang dirasakan oleh Masyayikh. Kedua, Butuh, alumni seharusnya sadar butuh pada Masyayikh, bukan Masyayikh yang butuh pada alumni. Dan ketiga, Cinta, rasa cinta alumni pada ulama, utamanya Masyaikh Sidogiri,” ungkapnya.

Setelah pemaparan pemateri, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dimoderatori oleh Ust. Nurul Holil, M.Pd.I, Kadiv Daksos PP HMASS. Pertanyaan yang disampaikan peserta mayoritas berisi curhat dan permintaan solusi tentang rintangan dan cobaan dalam menjalankan khidmah, termasuk dari keluarganya sendiri.

Diskusi kerabat khidmah ini dihadiri 50-an peserta dari PP HMASS, PC HMASS Pasuruan, dan PW IASS Pasuruan. Diskusi ini juga dihadiri jajaran Pengurus Pusat IASS, Wakil Ketua I Ust. Nahdlor Tsanai, Bendahara Ust. H. Abdul Majid Umar dan Ust. Dumairi Nor, serta jajaran Pengurus Pusat HMASS. Sebagai penutup diisi makan bersama ala santri, yaitu mayoran dengan menggunakan talam yang menambah keakraban dan kebersamaan.

Reporter: Fauzan Imron
Editor: Afifuddin

Silakan tulis komentar Anda

Tinggalkan Balasan