WhatsApp Image 2019-08-29 at 20.07.20

HMASS.CO, Pasuruan – Pengurus Pusat Harakah Mahasiswa Alumni Santri Sidogiri (PP HMASS) menggelar Seminar Nasional dengan tema “Eksistensi Madrasah Diniyah di Era Milenial: Problematika dan Solusinya” pada Ahad (18/08/19), bertempat di ruang auditorium Gedung IASS, Jl. Raya Sidogiri KM 1 Pasuruan.

Acara ini diikuti ratusan peserta dari PP HMASS, PC HMASS se-Indonesia, PW IASS Pasuruan, Kepala Madrasah Miftahul Ulum (MMU) induk dan ranting Pondok Pesantren Sidogiri, Pengurus PCNU Pasuruan, mahasiswa dan umum.

Acara ini diawali dengan sambutan dari Ketua PP HMASS, Mas M. Syamsul Arifin Munawir, S.Psi. Dalam sambutannya beliau menyatakan pentingnya seminar ini dilaksanakan mengingat eksistensi madrasah diniyah (madin) sebagai lembaga pendidikan yang bersifat non formal dipandang sebagai pendidikan kedua, padahal pendidikan diniyah telah ada lebih dahulu daripada pendidikan umum di Indonesia, dan antara pendidikan agama dan umum haruslah seimbang.

“Tema yang kita angkat kali ini merupakan tema yang sangat penting. Hendaknya kita tidak mengedepankan pendidikan umum saja dan melupakan pendidikan madin, bahkan terkesan menjadikan madin sebagai pendidikan kedua,” ungkap mahasiswa pascasarjana psikologi pendidikan tersebut.

Penyataan senada juga disampaikan oleh Ketua Pengurus Pusat Ikatan Alumni Santri Sidogiri (PP IASS) Mas H. Achmad Sa’dulloh Abd. Alim. Dalam sambutannya Mas Achmad menyatakan, “Pendidikan agama harus lebih diutamakan dari pendidikan umum mengingat perkembangan zaman yang semakin rusak.”

Narasumber pada seminar kali ini adalah Ketua PBNU Dr. Hanief Saha Ghafur, M.Si dan Wakil Bupati Pasuruan, KH. Mujib Imron, SH, MH. Dalam presentasinya Dr. Hanief menyampaikan bahwa pendidikan madin merupakan pendidikan yang harus menjadi benteng utama terhadap penangkalan radikalisme dan kemerosotan moral. Dan madin haruslah dikelola dengan cara manajerial yang baik dengan menerapkan empat poin penting. Dengan empat hal ini madin akan menjadi lebih hebat daripada pendidikan lainnya. Yaitu manajerial yang profesional, pengelolan keuangan yang sehat, segmentasi pasar, dan komunikasi antar leader.

Perkembangan zaman yang kian pesat otomatis menimbulkan perubahan yang pesat pula. Karena itu, mutu, spesifikasi, dan kualifikasi juga harus terus bergerak dan berkembang.

“Oleh karena itu, prinsip kompetensi berbasis mutu perlu terus dibuka untuk semua. Spesifikasi mutu dan kualifikasi kompetensi dalam kompetisi adalah suatu yang tidak bisa dikompromikan,” lanjut Ketua Umum Peramupadi dan Wakil Ketua PP ICMI Bidang Pendidikan ini.

Sedangkan narasumber kedua yang akrab dipanggil Gus Mujib, menjelaskan hal-hal penting terkait tema di antaranya pentingnya pendidikan yang dimulai dari keluarga, utamanya pendidikan agama, juga memaparkan program-program unggulan yang dicanangkan bersama Bupati Pasuruan periode 2019-2024.

Salah satu program unggulan tersebut juga ada hubungannya dengan madin yakni program Wak Muqidin (Wayae Kumpul Bangun TPQ dan Madin).

“Untuk menjadikan seorang anak didik yang hebat, maka pendidikan agama harus dikedepankan. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Pasuruan banyak melakukan program unggulan yang salah satunya untuk madrasah diniyah, yaitu dengan program Wak Muqidin-nya,” tandas Ketua LP Ma’arif PCNU Kabupaten Pasuruan itu.

Ditambahkan, bahwa satu-satunya pemerintah daerah di Jawa Timur yang memiliki Perda tentang wajib madin saat ini adalah Pemerintah Kabupaten Pasuruan, yang sudah terbit pada tahun 2016 dan Perda tentang TPQ yang akan segera diterbitkan.

“Setelah sukses menerbitkan Perbup wajib madin, Insyaallah dalam waktu dekat setelah melalui proses musyawarah bersama, kami akan menerbitkan Perbup tentang TPQ,” demikian penuturan Pengasuh PP. Miftahul Ulum Al-Yasini tersebut.

Di penghujung presentasinya, Gus Mujib berpesan pada peserta seminar agar tidak meninggalkan kualitas dan kompetensi serta SDM yang dimiliki oleh madrasah diniyah, yakni kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.[]

Reporter: Ahmad Syifak
Editor : Moh. Afifuddin

Silakan tulis komentar Anda

Tinggalkan Balasan