ngajiii

Oleh Saifuddin Syadiri

Ikatan Aumni Santri Sidogiri (IASS Surabaya) menggelar Pengajian Umum dan Haul Masyaikh Sidogiri, Sabtu (15/06/19), lalu. Acara ini dihadiri oleh beberapa Masayikh, Majelis Keluarga, dan Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri. Diantaranya KH. Fuad Noerhasan Sidogiri.

Dalam acara yang diselenggarakan di Jl. Demak Jaya Gg. 5, KH. Fuad Noerhasan memberikan tausiyah kepada semua Alumni Sidogiri. Beberapa pesan beliau penulis rangkum—sesuai pemahaman dan ingatan penulis—sebagaimana berikut:

1. Ikutilah Pengajian yang Diselenggarakan oleh Pondok (Pondok Sidogiri.red)

Pesan pertama dari anggota Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri ini adalah agar para alumni istikamah ikut ngaji. Setiap ada pengajian yang diadakan oleh Sidogiri untuk alumni, ikutilah.

“Jangan sampai para alumni ini tidak ikut ngaji. Kalau ada kegiatan pondok, ikut!” kata beliau.

Beliau juga menjelaskan, ikut ngaji itu tidak usah malu. Karena kita sudah bisa membaca kitab kuning, lantas kita malu mengaji.

Mengaji kitab kuning itu fungsinya ada dua: yaitu ta’alluman dan tabarrukan. Ta’alluman artinya belajar. Maksudnya, kita mengaji karena memang kita tidak tahu. Kita ingin belajar.

Sedangkan tabarrukan adalah mengaji kitab karena ingin berkah. Kita sudah tahu, bisa membaca dan bisa memaknai kitab kuning, tapi tetap mengaji dengan harapan mendapat berkah dari kiai yang mulang (mengajar).

Seperti Almarhum KH. Abdullah Sachal Bangkalan, saat mengaji pada almaghfurlah KH. Cholil Nawawie Sidogiri. Diceritakan, KH. Abdullah Sachal selalu membeli kitab baru saat pengajian kitab Jurmiyah itu sudah khatam.

Tujuannya, yaitu untuk memaknai kitab lagi. Ketika khatam, KH. Abdullah Sachal beli lagi, mengaji lagi dan memaknainya lagi. Begitu seterusnya. Tak heran jika KH. Abdullah Sachal memiliki banyak kitab Jurmiyah yang penuh dengan makna.

Contoh yang kedua adalah Kiai Abdullah Pajaran. Kiai Abdullah Pajaran ini sudah memiliki pondok. Dulunya nyantri kepada KH. Abdul Djalil bin Fadhil, Sidogiri.

Setelah kepengasuhan Sidogiri dipegang oleh KH. Cholil Nawawie, Kiai Abdullah Pajaran setiap pagi mengaji kepada KH. Cholil Nawawie. Kiai Abdullah Pajaran diantar oleh santrinya. Semua itu untuk mencari berkah dari KH. Cholil Nawawie.

2. Mengaji di Pengajian Alumni Sama dengan Mengaji pada Masyaikh Sidogiri

Dalam pengajian yang dihadiri alumni dan juga simpatisan ini, KH. Fuad Noerhasan, juga menyampaikan, mengaji di pengajian alumni itu sama dengan mengaji pada Masayikh Sidogiri di Sidogiri. Walaupun yang mulang atau mengajar bukan masayikh Sidogiri.

Karena pengajian itu agenda dari para masayikh dan pengajarnya direstui oleh para masayikh Sidogiri.

3. Thoriqotnya Masayikh Sidogiri itu Belajar dan Mengajar

KH.Fuad Noerhasan lalu menyampaikan, bahwa ta’allum dan ta’lim (belajar dan mengajar) itu thoriqotnya (cara mendekatkan diri kepad Allah) para Masayikh Sidogiri.

Makanya, banyak kisah-kisah kiai Sidogiri tetap mengajar meski sakit. Contohnya, KH. Cholil Nawawie. Selagi bisa mengajar, KH. Cholil Nawawie, tetap mengajar. Walaupun sakit.

Lalu, kisah KH. Nawawie bin Noerhasan. Meskipun sudah sepuh, kalau tiba bulan Ramadhan, beliau tetap mengajar. Bahkan kitab kuning yang diajarkan sebanyak 24 macam kitab. Hal ini menurut Kiai Subadar Besuk, adalah karamah KH. Nawawie bin Noerhasan.

KH. Fuad Noerhasan dawuh, lebih utamanya thoriqot (tarekat) itu adalah ta’llum wa ta’lim, belajar dan mengajar.

أفضل الطرق الى الله طريقة التعليم والتعلم

Artinya: lebih utamanya jalan menuju Allah adalah jalan mengajar dan belajar.

4. KH. Cholil Nawawie Sidogiri Bahagai jika Santrinya Mengajar

KH. Cholil Nawawie sangat bahagia jika ada santri Sidogiri mulang (mengajar) ketika pulang ke rumah.

“Aku bungah lek santriku onok neng omahe mulang,” begitu dawuh KH. Cholil Nawawie, yang ditirukan oleh KH. Fuad Noerhasan.

Menurut KH. Fuad Noerhasan, bekerja atau mencari kasab memang keharusan. Tapi usahakan tidak sampai meninggalkan mengajar. Pagi bekerja, siangnya bisa mengajar. Bisa ngajar di Madrasah.

Jika demikian, maka kita mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Sebagaimana kata penyair:

ما أحسن الدين والدنيا إذا اجتمعا … وأقبح الكفر والإفلاس بالرجل

Betapa baiknya jika agama dan dunia itu berkumpul (dimiliki oleh seseorang)

Dan betapa jeleknya jika kufur dan kemiskinan berkumpul pada seseorang

Lebih lanjut, KH. Fuad Noerhasan Sidogiri menuturkan, mengajar tidak harus di Pondok Pesantren atau di Madrasah. Mengajar bisa di musholla atau mengajari anak-anak tetangga. Jika anak tetangga pun tidak ada, kita bisa mengajar keluarga kita sendiri.

Itula 4 pesan KH. Fuad Noerhasan Sidogiri untuk para alumni santri Sidogiri. Semoga bermanfaat dan kita bisa mengamalkannya. Amin…

*Penulis adalah Kader PC HMASS Surabaya

Silakan tulis komentar Anda

Tinggalkan Balasan