WhatsApp Image 2018-11-11 at 15.57.41

HMASS.CO, Yogyakarta— Pengurus Cabang Harakah Mahasiswa Alumni Santri Sidogiri (PC HMASS) Yogyakarta menggelar Kajian Ahlusunah wal Jamaah (Annajah) dan Rakercab di Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari (Komunitas Kutub), Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, Ahad (11/11/2018). Acara tersebut berlangsung sesuai program kerja nasional dari Pengurus Pusat (PP) HMASS, untuk dilaksanakan di seluruh PC HMASS se-Indonesia.

Menurut Wakil Sekretaris PP HMASS Ust. Said Sattar,S.EI, tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk memberi gerak nyata pada kegiatan kajian dan keilmuan agar tetap sejalan dengan langkah Pondok Pesantren Sidogiri.

Selain itu, PP HMASS menginginkan adanya sinergi antara HMASS dan IASS. Sehingga diharapkan keduanya bisa saling mewarnai dan menjadi barisan garda terdepan dari Pondok Pesantren Sidogiri (PPS) yang berkhidmat untuk masyarakat dan dunia akademik.

Hadir sebagai narasumber Kajian Annajah, Ust. Alil Wafa,S.Pd.I. Selain mengabdi sebagai staf pengajar di PPS, juga sebagai pemimpin redaksi (Pimred) majalah Sidogiri Media. Pada kesempatan kali ini, Ust. Alil adalah salah satu pemateri yang telah mendapat rekomendasi dari Koordinator dan Ketua PP IASS untuk mengisi acara serupa di beberapa cabang HMASS seluruh Indonesia.

Bertemakan Aktualisasi Ahlusunah wal Jamaah Dalam Bingkai NKRI, kajian ini dihadiri beberapa organisasi ekstra kampus. Terlihat dalam acara itu perwakilan dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Komunitas Kajian Kutub, dan beberapa organisasi Islam lainnya.

Menurut Pemred Sidogiri Media ini, keadaan saat ini sebenarnya menjadi genting karena kekurangdewasaan dari beberapa pihak. Semua merasa ‘paling’; merasa paling NKRI, merasa paling benar, merasa paling sesuai syariat, dan lain sebagainya, serta cenderung egois atas keyakinan masing-masing. “Ujung-ujungnya akan berdampak pada keretakan NKRI sendiri. Ini yang dikhawatirkan,” terangnya.

Lebih lanjut, narasumber memaparkan sumber yang rentan menimbulkan kegaduhan. Menurutnya, seringkali permasalahan-pemahaman yang berseberangan, terjadi karena ketidakfahaman seseorang atas apa yang menjadi pemahamannya itu. Mereka kurang faham dengan keyakinan yang ‘dianutnya’ namun menjustifikasi, bahkan menancapkannya dengan membabi buta.

Ia mencontohkan tentang beberapa organisasi yang telah terlarang di Indonesia. Yang mana penganutnya sendiri kurang mengerti dengan apa yang menjadi landasan dari organisasinya tersebut.

Dengan mengutip dawuh dari Katib Majelis Keluarga PPS Mas d. Nawawy Sadoellah, menurut Ust. Alil, jika ada fenomena perselisihan pendapat seperti yang baru-baru ini terjadi, kita jangan masuk kepada salah satu dari keduanya, kemudian cenderung membenarkan dan menyalahkan yang lainnya. Yang pada akhirnya hanya akan semakin memperkeruh keadaan.

Karena dengan begitu, kita sudah menjadi penyekat yang tanpa sadar telah mengkotak-kotakkan dan semakin merusak keutuhan. “Bukan menjadi perekat yang mencari titik terang dengan duduk bersama dan meluruskan yang salah, tapi justru memecah belah,” ungkapnya. []

Reporter: Zen Adnan
Editor: Afifuddin

Silakan tulis komentar Anda

Tinggalkan Balasan