sidogiri

يابني : اذا لم تحترم استاذك فوق احترامك لابيك لم تستفد من علومه ولامن دروسه شيئا

Wahai anakku: Jika engkau tak memuliakan gurumu di atas penghormatanmu pada orang tuamu, engkau tak bisa mengambil manfaat dari ilmu dan pelajaran darinya. Begitulah wasiat Syaikh Muhammad Syakir, Salah satu ulama (Kyai) Iskandariyah.

Dalam bukunya “Washoyal Abaa’ Lil Abna” beliau menaruh perhatian besar terhadap para penuntut ilmu tanpa terkecuali. Beliau mewanti-wanti agar setiap pelajar memperhatikan adab, tatakrama, atau istilah sekarang yang populer dengan sebutan “Pendidikan Karakter”.

Dibanyak literatur yang berkaitan dengan pendidikan karakter, pasti akan kita jumpai ungkapan sedarhana tapi penuh makna, seperti ungkapan: الادب قبل العلم yang kurang lebih artinya tatakrama sebelum ilmu. Lihat kitab Ta’limul Muta’allim, Washoya, Adabul Muta’allim Wal Mu’allim, Idzatun Nasyi’in dll.

Adab, tatakrama, akhlak, moralitas, pendidikan karakter jauh lebih penting terlebih dahulu untuk dikenalkan pada setiap anak didik sebelum meminumkan air ilmu lainnya.

Maka tak heran, jika di Pesantren kita lihat Kyai yang sudah sepuh masih mencium tangan putra gurunya meski umurnya masih relatif muda, tak lain, sebagai perhormatan (ta’dib) kepada gurunya. Hal demikian merupakan implementasi dari nilai-nilai akhlak yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.

Madrasah Diniyyah meski dipandang sebelah mata oleh pemerintah, jauh-jauh sebelum pendidikan umum berdiri, madrasah diniyah, surau-surau, langgar-langgar telah berdiri kokoh dan mampu mencetak ulama, tokoh bangsa, cendekiawan yang peduli akan nasib pendidikan dan masa depan masyarakatnya.

Kita tidak perlu data membicarakan cara pendidikan karakter oleh Wali Songo yang terlalu jauh masanya dengan kita. Sebut saja data yang masih deket-deket sebelum masa kemerdekaan Indonesia, di mana para ulama, kyai, Habaib, memiliki surau-surau kecil, madrasah pendidikan karakter. Sebut saja, Guru dari para ulama Nusantara, Syaikhona Muhammad Cholil Bangkalan yang wafatnya satu tahun sebelum berdirinya Nahdlatul Ulama, beliau telah berjasa mencerdaskan dan mencetak kader ulama yang berpengaruh di jamannya.

Ditarik lebih jauh kebelakang lagi, Pondok Pesantren Sidogiri yang kini berumur hampir 300 tahun sejak berdirinya telah berjasa mencetak dan mengkader anak bangsa dengan pendidikan berkarakter.

Jangan sampai surau-surau, madrasah-madrasah, langgar-langgar yang diasuh para Kyai, Ustadz, Gus, Lora mati dimakan jaman, sebab anak didiknya telah dirampas hak pendidikannya, letih dan kesorean pulang dari sekolah formalnya yang mengaharuskan pulang sore.

Semoga surau-surau yang penuh dengan pendidikan karakter itu masih terdengar sayup-sayup merdu suara Kyai yang sabar dan ikhlas mendidik para santrinya.

Oleh: Rohmatullah Adny Asymuni
Kader Hmass Tazkia

Silakan tulis komentar Anda

Tinggalkan Balasan