politik santri

Oleh: M. Albilaluddin al-Banjari, SH*

Ya Politik, (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.

Itu gambaran politik secara garis besar dan dalam skala negara, dan apa yang penulis kutip diatas adalah gambaran politik dari wikipedia yang beberapa orang menganggap itu tidak bisa di pertanggung jawabkan karena semua orang bisa merubah gan menggantinya. Tapi apapun itu, yang jelas politik tetapklah poliltik.

Sedang hukumpedia.com mengartikan politk secara pandangan islam adalah Politik Dalam Perspektif Islam. “Agama dan kekuasaan adalah dua hal saudara kembar. Agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. … Oleh karena itu, Islam tidak bisa dilepaskan dari aturan yang mengatur urusan masyarakat dan negara, sebab Islam bukanlah agama yang mengatur ibadah secara individu saja.

Menurut Idrus Affandi: Menurut Idrus Affandi, pengertian ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari kumpulan manusia yang hidup teratur dan memiliki tujuan yang sama dalam ikatan negara.

Itulah politik, yakni terkait dengan hidup teratur, pengambilan kebijakan, pengambilan keputusan, pembagian kekuasaan, mengatur hukum dan tata kelola, dan lain sebagainya.

Ya, yang jelas “Almuhafadzah alal Qodimis Sholeh, Wal Akhdzu Bil Jadidil Aslah” adalah sebuah gambaran politik ala santri yang melekat pada pribadi santri. Selalu menjaga hal-hal lam yang baik, dan berinovasi untuk mengambil yang lebih baik lagi”.

Aslah berinovasi untuk yang lebih baik lagi, islah dalam persepektif islam berpijak pada kulliyatul khoms atau maqashidus syariah yakni hifdun nafs, hifdud diin, hifdul mall, hifdul nasl, hifdul ird, (menjaga nayawa, menjaga agama, menjaga harta, menjaga keturunan, menjaga harga diri).

Pijakan inilah yang menjadi pembeda antara “lebih baik” versi santri dengan “lebih baik” versi konvensional. Acuan ini adalah acuan dasar yang tidak boleh tidak harus di pegang erat sebagai akar. Sehingga ketika akar telah kuat, dan dasarnya telah bagus, setinggi apapun inovasi yang dilakukan tidak keluar dari koridor islam.

Sedang untuk metode dan caranya santri memiliki gaya dan bentuk sendiri agar bisa mencapai aslah tersebut. Santri memiliki gaya yang sulit untuk di terapkan di luar lingkungan santri dan sulit di terapkan dalam dunia yang berbeda. Pun begitu konsep dan gaya di luar lingkup santri tidak serta merta mudah di terapkan dalam dunia kesantrian.

Ala kulli hal lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, so, tidak serta merta gaya yang kamu punya di luar sana bisa di terapkan dengan mudah dalam dunia santri. Jadi, nikmatilah setiap gaya dan setiap dunia yang kamu miliki.

*Penulis bisa di kenali di t.co/D3PiuYBxIU

Silakan tulis komentar Anda

Tinggalkan Balasan